Di satu dekade perjalanannya, Sinema Akhir Tahun mengangkat tema Gumregah—sebuah kata dalam bahasa Jawa yang bermakna bangkit dan kembali bergerak. Gumregah adalah seruan atas semangat yang tak padam, sebuah ajakan untuk menyikapi situasi yang carut-marut dengan keberanian dan daya hidup. Tahun ini, perayaan satu dekade bukan sekadar selebrasi. Ini adalah sikap. Sinema Akhir Tahun memilih untuk ikut menyuarakan keresahan, merawat perlawanan, dan menjaga semangat agar tetap menyala. Gumregah adalah ajakan untuk tidak tinggal diam—untuk terus bergerak, menyusun ulang makna ruang kolektif, dan memperluas ruang-ruang bertumbuh.
Tema Gumregah membawa semangat yang inklusif. Gumregah lahir dari keresahan, tumbuh dalam kebersamaan, dan ditujukan bagi siapa saja yang menjadikan sinema sebagai ruang gerak—baik mahasiswa, pelajar, pelaku film, hingga masyarakat luas yang ingin memahami dunia lewat layar. Bagi mahasiswa, ini adalah panggilan untuk terus berpikir dan bersuara. Bagi pelajar, ini adalah dorongan untuk mulai mengenal sinema sebagai bentuk ekspresi diri. Bagi pelaku film, ini adalah pengingat akan akar semangat berkarya. Dan bagi masyarakat, ini adalah ruang temu untuk menyimak, terlibat, dan ikut menyulut percakapan yang penting. SAT #10 ingin menjadi wadah lintas batas, tempat di mana seluruh energi, pengalaman, dan harapan saling menyala.
Sinema Akhir Tahun bertujuan menjadi ruang bagi semua kalangan untuk merayakan sinema, memperluas jejaring, mempertemukan gagasan, dan memantik diskusi lintas disiplin serta latar belakang. Setiap tahunnya, SAT berupaya menciptakan atmosfer yang merayakan semangat kolektif, mendorong refleksi bersama, dan membuka ruang-ruang baru untuk bertumbuh.
Tahun ini, Sinema Akhir Tahun mengusung konsep Apocalypse Zombie: The Destruction of The Dead. Konsep ini hadir sebagai metafora atas zaman yang kian membusuk. Kami menjadikan zombie sebagai proyeksi dari kengerian sistem—sistem yang korup, menindas, dan menekan daya hidup. Zombie, bagi kami, adalah simbol perlawanan yang tak pernah benar-benar mati. Ia bangkit, berkoloni, menjangkiti, dan menantang tatanan yang usang dengan caranya sendiri. Dalam ketakutan itu, justru lahir keberanian. Gumregah adalah seruan untuk bangkit dan kembali bergerak. Dengan semangat ini, SAT #10 berupaya menjadi ruang bersuara—tempat keresahan dirawat dan dikobarkan bersama. Kami percaya bahwa sinema dapat tumbuh dari kegelisahan dan bergerak sebagai gelombang perubahan. SAT #10 bukan sekadar festival. Ia adalah arena. Tempat suara-suara muda bersatu, menyulut, dan menyebar. Di tengah dunia yang makin tidak masuk akal, keresahan kolektif perlu dirawat dan diperhatikan bersama.